Minggu, 20 Maret 2011

Latar belakang Tema "Ke Gereja Yuk!"


Makna Baptisan
Anak-anak Katolik kenyataannya sudah dibaptis tanpa mereka sadari. Mereka ini perlu dibantu menyadari baptisan yang telah diterimanya sehingga merasa senang dan bangga akan kondisi berahmat itu, mensyukurinya serta tergerak untuk berusaha hidup sesuai rahmat baptisan yang telah diterimanya.

Tanpa bantuan proses penyadaran ini, ada bahaya di kemudian hari mereka menyalahkan orangtuanya yang telah mengupayakan baptisan bagi dirinya dan beranggapan bahwa orangtuanya telah melanggar hak asasinya dalam hal pemilihan agama, manakala mereka mengalami keadaan yang dirasa tidak menguntungkan berkaitan dengan baptisan yang telah diterimanya. Sikap semacam ini akan membuat orang yang bersangkutan tidak kerasan dengan agama yang telah dipilihkan oleh orangtuanya dan membawa mereka menjadi orang yang hanyut saja pada rutinitas hidup beragama tanpa usaha menghayatinya. Suatu keadaan yang cenderung membuat seseorang menjadi penonton belaka dalam kehidupan beragamanya termasuk ketika menghadiri perayaan Ekaristi yang setiap hari Minggu mesti dilakukannya.

Menanggapi kenyataan ini anak-anak Katolik selain perlu mendapat pemahaman akan makna baptis, perlu pula mendapat pemahaman latar belakang diterimanya baptis dan tujuan menerima baptis, beserta konsekuensi mereka yang sudah menerima baptis. Tentu saja pengetahuan sejauh masih berada dalam jangkauan usia anak-anak.

Merayakan Ekaristi
Selain itu, dewasa ini ternyata cukup banyak orang Katolik dan anak-anak yang ”nonton” Misa di gereja dan ”belum” merayakan Ekaristi. Kurang memadainya pemahaman mereka akan makna Ekaristi beserta seluk beluknya kiranya menjadi faktor penyebab keadaan yang memprihatinkan ini. Kurang memadainya pemahaman mereka akan makna Ekaristi dan seluk beluknya membuat mereka cenderung kurang terlibat di dalam Ekaristi dan tingkah lakunya dalam perayaan Ekaristi sering hanya didominasi oleh rasa senang atau tidak senang belaka. Mereka ini maunya ”menonton”, enggan melakukan ”renungan” sehingga pada gilirannya tidak memetik manfaat Ekaristi bagi dirinya sendiri, imannya pun cenderung tetap dangkal. Lebih disayangkan lagi, mereka biasanya kurang peduli akan tugas perutusan yang diterima dari Tuhan pada akhir Perayaan Ekaristi sehingga tak mengherankan bahwa Ekaristi yang diikutinya tidak berdampak dalam hidup sehari-harinya. Akibat lebih lanjut, terjadi pemisahan antara kehidupan ibadatnya dengan kehidupan sehari-hari dan kesadaran imannya tak mewarnai kata-kata, tingkah laku dan tindakantindakan dalam hidupnya.

Menanggapi keadaan tersebut, disusunlah bahan pendampingan bagi anak-anak Katolik ini agar mereka paham akan Ekaristi beserta seluk-beluknya sehingga dengan demikian mereka senang berliturgi Ekaristi dan terlibat aktif di dalamnya, termasuk juga rela melaksanakan tugas perutusan yang diterima setelah orang mendapat berkat dari Tuhan sebagai bekal perutusannya.

Baca juga:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar